Jumat, 28 Juni 2013

Pencegahan infeksi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius (Perry, 2005).
Sebagai petugas kesehatan sudah selayaknya kita memproteksi diri kita agar tidak tertular infeksi. Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada klien. Tujuannya untuk melindungi  petugas kesehatan itu sendiri.
Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini, perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang bedah.
Karena munculnya HIV/AIDS pada tahun 1945, untuk melindungi petugas pelayanan kesehatan dari infeksi HIV dan infeksi lewat darah dibuatlah pedoman yang disebut universal precautions atau kewaspadaan universal. Sejak diberlakukan dan mulai diterapkan pada rumah sakit, serta mencegah penularan dari pasien ke pasien dan penularan petugas ke pasien. Begitu pula, karena banyaknya penularan lewat darah, seperti HIV/AIDS yang tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit atau tidak terlihat sebagai orang yang terinfeksi, kewaspadaan umum dimodifikasi agar menjangkau seluruh orang ke pasien dan klien yang datang ke fasilitas layanan kesehatan, baik yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi (CDC, 1985).
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Dengan bekerja berdasarkan tujuan ini, maka berarti pemberi asuhan kesehatan melindungi pasien, lingkungan dan dirinya sendiri.
Resiko penularan HIV di sarana pelayanan kesehatan dapat ditularkan melalui berbagai cara seperti kepada pasien bisa melalui alat kesehatan yang tercemar yang dipakai ulang tanpa didisinfeksi atau disterlisasi secara memadai, transfusi dengan donor HIV positif, cangkok kulit, cangkok organ dan melalui kontak dengan darah atau cairan lain dari petugas kesehatan yang HIV positif. Pada tenaga kesehatan bisa melalui permukaan di kulit oleh karena tusukan jarum atau alat tajam lainnya yang telah tercemar dengan darah atau cairan tubuh HIV positif, pajanan pada kulit yang luka dan percikan darah atau cairan tubuh yang mengenai selaput mukosa mulut, hidung dan mata (Jurnal Kesehatan, 2012).
Petugas pelayanan kesehatan temasuk staf penunjang (misalnya petugas rumah tangga, peralatan dan laboratorium), yang bekerja difasilitas kesehatan beresiko terpapar pada infeksi yang secara potensial membahayakan jiwa. Misalnya, di Amerika Serikat, lebih dari 800.000 luka karena tertusuk jarum suntik terjadi setiap tahun walaupun telah dilakukan pendidikan berkelanjutan dan upaya pencegahan kecelakaan tersebut (Rogers, 1997), seperti mengurangi suntikan yang tidak perlu dan tidak aman, melatih semua staf untuk segera membuang jarum suntik dan semprit ke dalam kontainer tanpa menutup penutup jarum karena tindakan ini menyebabkan sepertiga dari penyebab perlukaan jarum suntik (Jagger, et all, 1988), sedapat-dapatnya meletakkan kontainer barang-barang tajam dalam jangkauan tangan dan meningkatkan pemakaian sistem suntikan needleless dan shielded syringes.
Di banyak negara berkembang, risiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh lebih tinggi (Phipps, et all, 2002). Lebih-lebih lagi, karena penggunaansistem suntikan needleless tidak tersedia di negara-negara dengan sumber terbatas, penting sekali staf pelayanan kesehatan mengetahui dan memakai praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk meminimalkan risiko terhadap paparan atau perlukaan (Tietjen, 1997).
Tingginya angka penularan HIV/AIDS di indonesia membuat kami harus waspada dalam menangani pasien. Terutama pasien yang menderita HIV/AIDS. Oleh sebab itu, kami mengangkat tema pencegahan infeksi supaya kita sebagai tenaga kesehatan bisa memproteksi diri kita dari berbagai sumber penyakit.

B.     Tujuan
1.   Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjaga diri dari penyebaran infeksi dan mampu mencegah infeksi.
2.   Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa dapat mengetahui definisi pencegahan infeksi.
b.    Mahasiswa dapat kewaspadaan universal.
c.    Mahasiswa dapat pencegahan infeksi maternal dan neonatal.


C.     Manfaat
1.      Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan infeksi, kewaspadaan universal dan penerapannya dalam praktik kebidanan.
2.      Institusi
Bisa digunakan untuk tambahan referensi bacaan bagi pembaca.







BAB II
TINJAUAN TEORI
                                                                                    
A.    Introduksi Pencegahan Infeksi
1.    Definisi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal dapat menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi ini disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius (Perry, 2005).
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS (APN, 2007).
2.    Siklus penyebaran penyakit
Bibit penyakit (mikroba pthatogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa:
a.    Melalui kontak jasmaniah (personal contact)
1)        Kontak langsung (direct contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dengan orang yang ditulari.
Misalnya cara penularan:
a)         Penyakit kelamin seperti: syphilis, gonorrhoea, AIDS.
b)        Penyakit kulit: tinea versicolor (panu), scabies (kudis).
2)        Kontak tidak langsung (indirect contact)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit penyakitnya, seperti feces, urin, darah, muntahan dan sebagainya.
b.    Melalui makanan dan minuman (food borne infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang menular dengan cara ini, antara lain: cholera, thypus abdominalis, poliomyelitis, hepatitis infectiosa, dysenteri, penyakit-penyakit karena cacing, misalnya karena ascaries lumbricoides.
c.    Melalui serangga (arthropod borne infections)
Bibit penyakit menular melalu serangga (arthropoda). Dalam hal ini serangganya pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakitnya atau pun hanya sebagai pemindah (transmiter) saja, misalnya:
1)        Malaria disebabkan oleh plasmadium sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk anopheles sp.
2)        Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
d.   Melalui udara (air borne infections)
Penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit saluran pernapasan, seperti:
1)        Melalui debu diudara yang mengandung bibit penyakit misalkan penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang disebabkan oleh bakteri mycobacterrium tuberculosis.
2)        Melalui tetes ludah halus (droplet infections).
3.    Pencegahan penyebaran infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
a.    Aseptik yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan. Contoh: Pencucian alat dengan menggunakan sabun.
b.    Antiseptik  yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Contoh:
1)        Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering dilanjutkan dengan mencuci menggunakan alkohol.
2)        Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar.
c.    Dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat  kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan dilakukan.

B.     Kewaspadaan Baku
1.    Pengertian
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions  (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006), kewaspadaan universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan  ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK).
2.    Komponen utama dan penggunaanya
a.    Kebersihan tangan (cuci tangan)
b.    Alat Pelindung Diri (APD), yang terdiri dari:
1)        Penggunaan sarung tangan
2)        Pelindung wajah (masker, kacamata)
Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah penularan kuman patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien.
Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya.
Langkah-langkah penggunaan masker:
a)    Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang tipis).
b)   Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
c)    Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
d)   Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.
3)        Gaun pelindung
Gaun/baju pelindung atau jubah atau celemek, merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja dapat berupa seragam kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan celemek. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
4)        Penutup kepala
5)        Sepatu pelindung
c.    Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Dalam mencegah luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya, maka seorang perawat harus berhati-hati dalam melakukan:
1)        Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya.
2)        Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
3)        Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan
d.   Kebersihan pernapasan dan etika batuk
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian sumber dengan cara tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
1)        Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan.
2)         Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan.  Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
e.    Kebersihan lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi     permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
f.     Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
1)        Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
2)        Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
g.    Pembuangan limbah
1)        Pastikan pengelolaan limbah yang aman.
2)        Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
3)        Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
4)        Buang alat sekali pakai dengan benar
h.    Peralatan perawatan pasien
1)        Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.
2)        Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.

C.    Penerapan Pencegahan Infeksi Maternal dan Neonatal
Menurut Gulardi (2008), penerapan pencegahan infeksi maternal dan neonatal meliputi:
1.    Tujuan pencehahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan penolong kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan-penularan penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti missal hepatitis dan HIV/AIDS.

Tujuan tindakan-tindakan PI dalam pelayanan  asuhan kesehatan:
a.    Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
b.    Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti  hepatitis dan HIV/AIDS
Tindakan–tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut :
a.    Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeki yng menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Cuci tangan harus di lakukan pada saat:
1)        Segera setelah ditempat kerja.
2)        Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir.
3)        Sebelum memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4)        Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung tangan).
5)        Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (missal: hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan.
6)        Setelah kekamar mandi atau menggunakan sarung tangan.
7)        Sebelum pulang kerja.
Untuk mencuci tangan :
1)        Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan.
2)        Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
3)        Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
4)        Bilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
5)        Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

b.    Memakai sarung tangan
Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah, peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi. Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
1)        Gunakan sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan  jaringan dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.
2)        Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh.
3)        Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.
c.    Menggunakan teknik aseptik
Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi:
1)        Penggunaan pelindung pribadi
Perlengkapan perlindungan pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah, sapatu boot, celemek) petugas dari cairan tubuh, darah atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai kebutuhan dan sumber daya yang tersedia di masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan sesekali pakai tidak tersedia.
2)        Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasikan luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di atas kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.
3)        Menjaga tingkat sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi.
2.    Pencegahan Infeksi Maternal
a.    Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil guna deteksi dini faktor risiko kehamilan den kelahiran.
b.    Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.
c.    Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
d.   Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
e.    Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga berencana.
3.    Pencegahan Infeksi Neonatal
Adapun upaya pencegahan yang dilakukan dalam usaha untuk mengurangi menurunkan kejadian kematian neonatal antara lain:
a.    Pemberian kekebalan pada bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi.
b.    Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu ASI eksklusif pada bayi yang baru dilahirkan hingga enam bulan ke depan sangat mencegah kematian bayi karena kekurangan zat-zat anti infeksi yang dibutuhkan.
c.    Menganjurkan menikah pada usia matang (tidak terlalu muda).

D.    Kewaspadaan Umum Untuk Mencegah Infeksi HIV/AIDS
Prinsip kewaspadaan dalam menghindari penyakit AIDS mutlak diperlukan bagi mereka yang rentan terhadap penularan infeksi HIV. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip kewaspadaan umum (general precaution), yakni pedoman tentang cara pengendalian infeksi untuk melindungi para pekerja medis, pasien, maupun orang lain sehingga mereka terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan umum dalam mencegah infeksi HIV/AIDS meliputi :
1.      Cara menangani dan membuang benda-benda tajam yang dapat menimbulkan luka, sayatan atau tusukan. Termasuk dalam hal ini adalah jarum, jarum hipodermik, pisau bedah, gunting, perangkat infus, gergaji, pecahan kaca, dan lain-lain.
2.      Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum maupun sesudah melakukan semua prosedur operasi.
3.      Memakai alat pelindung seperti sarung tangan, jubah, masker, dan kacamata pelindung bila terpaksa harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
4.      Melakukan pembersihan atau desinfeksi peralatan kerja dan lain-lain yang terkontaminasi.
5.      Penanganan tempat tidur, seprei kotor, lantai yang terkena noda secara tepat.
Sekalipun prinsip kewaspadaan umum untuk mencegah HIV/AIDS ini terutama ditujukan kepada para pekerja medis, tak ada salahnya bila kita semua berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau, gunting dan peralatan tajam lainnya. Apalagi bila kita hidup berdampingan dengan orang yang terkena infeksi HIV.













BAB III
KASUS DAN SKENARIO

A.    Kasus
Jari-jariku Tertusuk Jarum Bekas Pasien HIV Positif, 18 February 2011
 “Maaf, dok. Di rumah sakit Myria ini katanya ada klinik VCT, ya dok?”  Tanya seorang wanita muda berpakaian putih-putih menanyakan keberadaan klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT), sebuah klinik yang melayani konseling dan testing pasien HIV secara sukarela.
“Oh, iya. Kami punya dua konselor dan satu terapis di sini. Adik ini perawat, ya?” Tanyaku melihat seragam putih-putihnya itu. “Mahasiswi kebidanan, dok. Sedang praktek menolong persalinan di klinik bersalin di sekitar sini. Semalam dapat tugas mengambil contoh darah ibu hamil yang pekerjaannya WTS dan riwayat HIVnya positif. Nah, waktu saya mau menutup jarum suntik itu dengan penutupnya, ada bidan senior yang marah-marah karena ada tetesan darah di lantai ruang bersalin dan karena terkejut, ujung jarum itu tertusuk ke jari-jari saya, dok…” Si mahasiswi pun bercerita sambil berlinang air mata sedihnya. Terbayang di kepalanya virus-virus itu mulai merayap merasuki sudut-sudut tubuhnya, menempel di semua jaringan organnya dan dia menjadi satu dari berjuta orang yang memiliki penyakit yang ditakuti semua orang itu.
“Sudah kamu bersihkan, kan?” Kata konselor di klinik VCT.
“Sudah, saya cuci dengan sabun mungkin sudah 10 kali. Darahnya pun saya pencet-pencet keluar.” Kata si mahasiswi itu masih dengan muka sedih.
Dan petugas laboratorium pun mengambil darahnya untuk diperiksa dan ternyata hasilnya negatif.
“Jadi, saya aman, dok?” Si gadis agak gembira melihat hasilnya.
“Maaf, dik. Belum aman. Tes pertama ini menunjukkan bahwa saat ini kamu tidak HIV positif. Nah, apakah kamu akan terinfeksi HIV dari jarum pasienmu kemarin, baru kita ketahui sekitar 2 sampai 3 bulan lagi. Perlu waktu 4-6 minggu virus HIV terdeteksi antibodinya sejak terinfeksi. Untuk amannya, kamu ke mari 3 bulan lagi saja untuk tes HIV lagi. Tetapi sambil menunggu, kamu tetap diberikan obat anti virus itu selama satu bulan. Supaya kalaupun virusnya masuk, langsung dihambat atau kalau bisa dimatikan pertumbuhannya sejak dini.” Dokter di klinik VCT bagian terapi pun menjelaskan tahap-tahapan yang harus dilalui si mahasiswi sebelum benar-benar yakin terbebas dari infeksi HIV.
“Terima kasih Dok, Pak, Bu…Saya permisi,” Dia pun pulang dengan obat anti viral dan kembali ke kegiatannya di kampus dan praktek di klinik dengan lebih hati-hati sekarang.
Rasa mual obat antiviral itu ditahankannya selama sebulan, demi untuk menghindari virus mematikan itu. Dan setelah 3 bulan berselang si mahasiswi di tes darahnya lagi dan hasilnya negatif. Barulah si nona bersujud syukur seolah terbebas lepas dari beban yang mencekam di 3 bulan terakhirnya.
Tetapi disamping itu semua, menghindari lebih baik dari mengobati. Bagi rekan-rekan medis, para medis, laboran yang sering kontak dengan jarum suntik, hati-hatilah dengan ujung jarum itu. Konsentrasilah saat menutupnya, walaupun belum terbukti HIV pasiennya.

B.     Skenario
1.    Naskah drama
Pada suatu sore  seorang mahasiswa kebidanan bernama yoona dia sedang berangkat menuju tempat prakteknya di BPRB kasih ibu, perlahan ia menghidupkan motornya dan bergegas meluncur ke BPRB kasih ibu. Sesampainya disana yoona langsung menuju tempat dimana dia ditugaskan yaitu di ruang ibu dan anak dan mengecek ibu hamil yang ada diruangan itu. Seusai sholat magrib yoona di panggil oleh bidan senior yaitu bidan icha dan bidan bonita dia mendapat tugas untuk mengambil sampel darah ibu hamil yang terinfeksi HIV positif . Kemudian yoona mendatangi ibu sania yang merupakan WTS yang sedang didampingi salah seorang adiknya yang sedang menyuapi ibu sania. Saat yoona selesai mengambil sampel darah ibu sania,  terdengar suara teriakan dari kamar sebelah ternyata suara ribut-ribut itu berasal dari bidan icha dan bidan bonita yang sedang marah-marah karna melihat darah yang berceceran di lantai. Mendengar suara bidan icha yang keras yoona terkaget dan tidak sengaja menusukan jarum ke salah satu jari tangannya, yang merupakan bekas jarum untuk mengambil sampel darah ibu sania. Beberapa hari kemudian bidan yoona mendatangi seorang dokter dan menanyakan apakah dirumah sakit ini ada klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing) gratis kemudian dia berkonsultasi pada seorang dokter mengenai masalahnya yang tidak sengaja menusukan jarum bekas pengambilan sampel darah WTS. Setelah dilakukan pemeriksaan lab ternyata hasilnya negatif, kemudian dokter riana menyarankan untuk mengecek ulang tiga bulan lagi karena virus HIV baru bisa terdeteksi setelah tiga bulan. Selain itu dokter memberikan tablet anti virus guna menghabat pertumbuhan virus atau membunuh virus HIV sejak dini. Tiga bulan kemudian bidan yoona kembali untuk memeriksa keadaannya dan hasilnya negatif.
2.    Naskah Dialog
Yoona menuju ke tempat praktek dan memeriksa ibu hamil yang ada di ruangan Ibu dan Anak, setelah selesai memeriksa ibu hamil diruang bersalin, Yoona mendapat tugas untuk mengambil sampel darah ibu hamil yang menderita HIV.
Bidan bonita   : Yoona, yoona
Yoona             : Iya bu,
                         (sambil melangkah menuju bidan icha)
Bidan bonita   : Yoona ibu membutuhkan sampel darah ibu hamil yang terkena HIV, tolong kamu nanti cari ibu hamil yang terkena HIV kemudian ambil sampelnya ya.
Yoona                         : Iya bu nanti saya akan mencari pasien yang tekena HIV dan mengambil sampel darahnya.
Bidan bonita   : O iya nanti sampel darahnya tolong berikan ke ibu icha ya.
Yoona             : O iya bu.
(kemudian  yoona melangkah menuju kamar pasian hamil yang terkena HIV yaitu kamar ibu sania yang merupakan WTS)
Yoona             : Selamat malam ibu, adik, maaf ya saya mengganggu sebentar,
Adik                : iya bu tidak apa-apa, silahkan.

Pasien Sania    : Mari silahkan bu diperiksa.
Yoona             : Baik bu, maaf ya bu.
Pasien sania     : Iya mbak, tidak apa-apa. Saya justru senang diperiksa. Bisa tahu perkembangan kondisi saya.
Adik                : Iya mbak. Periksa saja tidak apa-apa.
Yoona                         : Ya bu, Saya mau mengambil sampel darah  ibu sania bentar ya untuk pemeriksaan di Lab.                                                                                             
(setelah selesai mengambil sampel darah, terdengar suara teriakan bidan icha dari kamar sebelah yang membuat bidan yoona kaget).
Bidan Icha      : Ya ampun! darah apa ini? sampai berceceran dilantai?
Bidan bonita   : Ada apa bu kok teriak-teriak? Bisa mengganggu pasien yang lain.
Bidan icha       : Ini liat bu ulah siapa? darah dibiarin berceceran dilantai seperti ini.
(teriak bidan icha sambil menunjuk darah dilantai)
Bidan bonita   : O ya ya bu. Pasti ulah yoona tadi.
(tidak lama kemudian bidan bonita memanggil Yoona dengan keras sambil marah-marah)
Bidan bonita   : Yoona,  Yoona, Yoona! coba sini.
(Yoona seketika terkejut dengan teriakan bidan bonita, yang mengakibatkan jari-jari tangannya tertusuk jarum suntik ketika hendak menutupnya)
Yoona             : Aduh aduh
(haduh tangan ku ketusuk jarum, gimana ini, ini kan jarum bekas darah pasien HIV, dalam hati yoona)
Adik                : Bu, kenapa bu ibu ngak papa kan bu, kok tangan ibu berdarah.
Yoona                         : Iya tidak apa-apa kok, tadi saya tidak sengaja ketusuk jarum, ya udah saya mau ke kamar mandi dulu bu
(dengan langkah yang cepat, Yoona menuju kamar mandi dan segera mencuci tangannya tadi sambil menekan-nekan jarinya supaya darahnya keluar)

Setelah usai membersihkan jarinya, Yoona segera menemui ibu icha dan menyerahkan sampel darah yang telah dia ambil tadi, sesegera mungkin Yoona membersihkan ceceran darah yang menjadi penyebab marahnya 2 bidan senior itu walaupun ceceran darah itu bukan kecerobohannya. Merasa semua tugasnya telah usai, Yoona memutuskan untuk pulang.
Yoona                         : Bu, saya pamit pulang
Bidan senior    : Iya, hati-hati di jalan
Dengan kegundahan hati Yoona pulang, sesampainya di kost-kostannya dia segera menceritakan apa yang baru saja dia alami kepada sahabatnya Nia yang juga mahasiswi kebidanan namun tempat praktik mereka berbeda.
Yoona             : Ni,,,( memanggil dengan nada sedih)
Nia                  : Iya Na,,,kok mukamu sedih gitu ,, emang kamu ada masalah apa?
Yoona                         : Iya ni Ni,, Hari ini aku sedih banget!
Nia                              : Kamu kenapa sahabatku sayang? Cerita sama aku.. siapa tahu aku   bisa memberi solusi atas masalahmu.
Yoona             : Gini Ni, Kan tadi aku diperintah oleh bidan senior ku untuk mengambil sampel darah seorang wanita hamil yang menderita HIV positif, tanpa sengaja tanganku tertusuk jarum bekas mengambil sampel darah itu (menangis)
Nia                  : Astagfirullah,,Yoona,,(memeluk yoona) sabar yah sayang,,
 mudah-mudahan virus mengerikan itu tidak masuk ke tubuhmu, untuk memastikan itu kita periksa ke dokter yah. Aku tahu tempat dokter yang sedang dilaksanakan tes VCT di sekitar sini.
Yoona             : Iya Ni,,Terimakasih ya,,
Yaudah,,besok-besok kamu temani aku ke tempat dokter itu yah,,
Nia                  : tentu saja donk sahabatku sayang,,yaudah sekarang kamu mandi abis itu makan dan istrahat.
Yoona             : Oke..

Beberapa hari kemudian bidan Yoona mendatangi sebuah klinik bersama temannya kemudian menemui salah seorang dokter untuk berkonsultasi dan mengecek untuk memastikan dia terinfeksi oleh jarum yang tidak sengaja tertusuk kemarin atau tidak. Mereka masuk kemudian melengkapi data administrasi.
Petugas Adm       : Selamat pagi mbak,,,
Yoona dan Nia    : Iya selamat pagi,,
Petugas Adm       : Permisi mbak, jika anda ingin melakukan pemeriksaan
di dokter ini saya akan mendata identitas anda.
Yoona                  : Baik mbak,,( menjawab setiap pertanyyan petugas)
Setelah itu mereka masuk ke ruang praktik dokter
Nia                       : Permisi dok, saya dengar di sini ada pemeriksaan VCT gratis         yah?
Dokter                 : Iyaa,,
Nia                       : (mulai menceritakan masalahnya) Dokter,,kemarin teman saya mengambil sampel darah seorang wanita penderita HIV positif, tanpa sengaja jari tangannya tertusuk jarum bekas untuk pengambilan sampel tersebut.
Dokter                 : Sebaiknya kita lakukan pemeriksaan lab saja mbak.
Nia                       : Baik dok,
(Yoona kamu siap-siap untuk diperiksa sama dokter)
Yoona                  : Baik Ni
Dokter                 : Oke, sekarang  saya akan mengambil sampel darah mbak Yoona.
Yoona                  : (mendekatkan lengannya pada dokter untuk diambil sampel darahnya)
Dokter                 : Seusai mengambil sampel darah kemudian memanggil petugas lab.,,,
Bu Mey!!!
Mey-mey             : Iya dok..
Dokter                 : Tolong tes VCT terhadap sampel darah mbak Yoona.
Mey-mey             : Baik dok,,berjalan menuju lab,,kemudian memeriksa sampel darah Yoona.
Yoona                  : (dengan muka tegang menanti hasil tes VCT nya).

Beberapa menit kemudian petugas lab datang membawa hasil tes VCT Yoona
Mey-mey         :  Ini dok hasil labnya.
Dokter             : Iya terimakasih, kamu boleh kembali ke tempat kerjamu.
Mey-mey         : Baik dok..
Dokter             : Berdasarkan hasil penelitian lab kamu dinyatakan HIV negative.
Yoona                         : (terlihat tenang, Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah    melindungiku dari penyakit yang mematikan itu)
Dokter                         : Tapi jangan senang dulu mbak, anda harus datang kesini 3 bulan  lagi untuk memeriksa, karena virus HIV baru bisa terdeteksi jelas setelah tiga bulan terinfeksi, saya akan memberi anda tablet antivirus guna menghambat pertumbuhan atau mematikan virus sejak dini, efek dari obat ini anda akan sering mual atau muntah.
Yoona             : Baik dok,,kalau begitu saya pamit pulang yah dok..
Dokter             : Iya mbak,,

Yoona menjalani aktifitas seperti biasa, namun dia harus bisa menahan rasa mual muntah ketika minum obat yang diberikan oleh dokter. Tiga bulan berlalu dengan penderitaan, Yoona datang kembali ke dokter Riana untuk memeriksakan apakah virus itu masih ada di tubuhnya.
Yoona             : (masuk ke tempat dokter ) Permisi dok,,saya Yoona yang tiga bulan lalu melakukan tes VCT di sini dan sekarang saya datang kebali untuk dilakukan VCT lagi.
Dokter             : Iya,,baik saya akan mengambil sampel darah anda.
Yoona                         : Iya dok,,
Dokter             : (mengambil darah Yoona) Kemudian memanggil petugas lab.
Bu Mey!!!
Mey-mey         : Iya dok..
Dokter             : Tolong tes VCT terhadap sampel darah mbak Yoona.
Mey-mey                     : Baik dok,,berjalan menuju lab,,kemudian memeriksa sapel darah Yoona.
Yoona                         : (dengan muka tegang menanti hasil tes VCTnya).

Beberapa menit kemudian petugas lab datang membawa hasil tes VCT Yoona.
Mey-mey         : Ini dok hasil labnya.
Dokter             : Iya terimakasih, kamu boleh kembali ke tempat kerjamu.
Mey-mey         : Baik dok,,
Dokter                         : Berdasarkan hasil penelitian lab kamu dinyatakan kamu bebas HIV
Yoona             : (sujud syukur, Alhamdulillah ya Allah Engkau telah melindungiku dari  penyakit yang mematikan itu). Terimakasih dok. Kami pamit pulang dulu yah dok,,
Dokter             : Iya, hati-hati jika praktik lagi.

Pemeran Tokoh
1.        Bidan icha                        : Siti Hadidja Pudi
2.        Bidan Bonita                    : Ayu Bonita Avianti
3.        Dokter                              : Riana Nedi Dayoma
4.        Yoona                              : Yuni Wiwid Resti Roliyah
5.        Mey-mey                          : Siti Rohmah Ujiana
6.        Petugas Administrasi       : Sitti Fatimah Yogyandari
7.        Pasien sania                      : Saniaturrohmah
8.        Adik                                 : Hildegardis Muing
9.        Nia                                   : Nia Fitriani








BAB IV
PEMBAHASAN

Sesuai kasus yang kami angkat bahwa mahasiswa tersebut melakukan tindakan medis menggunakan alat pelindung diri sesuai prosedur. Mahasiswa kebidanan tersebut terutama sudah menggunakan handscon saat pengambilan darah pasien. Akan tetapi karena kaget akhirnya saat menutup jarum suntik bekas mengambil sampel darah justru tertusuk pada jari-jari tangannya. Kemudian spontan mahasiswa tersebut melakukan pencegahan infeksi dengan segera mengeluarkan darah, kemudian mencuci jari-jari yang tertusuk jarum dengan air mengalir. Dari kejadian tersebut, mahasiswa langsung menceritakan kejadian tersebut kepada temannya yang sesama tenaga kesehatan dan disarankan untuk memeriksakan kondisinya lebih lanjut. Terapi pengobatan dilakukannya demi dirinya tidak terinfeksi HIV/AIDS.
Dari pembahasan kasus diatas bahwa apa yang dilakukan mahasiswa kebidanan tersebut sudah sesuai dengan teknik pencegahan infeksi. Sebelum kejadian tersebut mahasiswa juga sudah melakukan kewaspadaan universal yaitu suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lain. Penggunaan sarung tangan dan masker merupakan hal yang wajib dilakukan untuk menghindari penularan infeksi melalui udara dan cairan. Oleh sebab itu, meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi (Prof. Dr. Sulianti, 2006). Tindakan pencegahan infeksi salah satunya adalah cuci tangan merupakan prosedur paling penting dalam pencegahan penyebaran infeksi. Menyegerakan cuci tangan adalah hal yang wajib (APN, 2007).
Dari kejadian yang kami bahas dengan beberapa teori yang kami kaitan memang saling berhubungan dan sudah tepat. Pencegahan infeksi kita lakukan sebelum melakukan tindakan medis ataupun saat kita terjadi kecelakaan medis. Segerakan lakukan pencegahan infeksi yang paling utama yaitu dengan mencuci dengan air mengalir pada saat terjadi kecelakaan.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tindakan pencegahan infeksi sangat penting dilakukan bertujuan unuk melindungi diri dari penyebaran infeksi seperti, cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan medis, menggunakan  masker pelindung juga gaun pelindund, dll. Kewaspadaan universal adala suatu cara untuk mencegah penularan penyit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasen lain. Tindakan pencegahan infeksi tidak bisa terpisah dari komponrn dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi. Dilakukan pula mengurangi resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya seperti HIV/AIDS.

B.     Saran
1.    Bagi rumah sakit
a.       Sebaiknya menyediakan peralatan pelindung diri bagi setiap tenaga kesehatan.
b.      Membekali tenaga kesehatan agar terhindar dari infeksi penyakit saat melakukan tindakan medis.
2.    Bagi tenaga kesehatan
Selalu waspada dalam melakukan tindakan medis dan selalu menggunakan APN agar terhindar dari penularan infeksi.