BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Infeksi
merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap sel
atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan
pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan baik langsung dari satu
orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius
(Perry, 2005).
Sebagai
petugas kesehatan sudah selayaknya kita memproteksi diri kita agar tidak
tertular infeksi. Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan
lengkap yang diberikan kepada klien. Tujuannya untuk melindungi petugas
kesehatan itu sendiri.
Di masa
lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah
mencegah infeksi. Infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di
beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya.
Saat ini, perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan
penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan
kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan
dan merawat ruang bedah.
Karena
munculnya HIV/AIDS pada tahun 1945, untuk melindungi petugas pelayanan
kesehatan dari infeksi HIV dan infeksi lewat darah dibuatlah pedoman yang
disebut universal precautions atau
kewaspadaan universal. Sejak diberlakukan dan mulai diterapkan pada rumah
sakit, serta mencegah penularan dari pasien ke pasien dan penularan petugas ke
pasien. Begitu pula, karena banyaknya penularan lewat darah, seperti HIV/AIDS
yang tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit atau tidak terlihat sebagai orang
yang terinfeksi, kewaspadaan umum dimodifikasi agar menjangkau seluruh orang ke
pasien dan klien yang datang ke fasilitas layanan kesehatan, baik yang
terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi (CDC, 1985).
Cara efektif
untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke
orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan
individu (pasien atau petugas kesehatan). Dengan bekerja berdasarkan tujuan
ini, maka berarti pemberi asuhan kesehatan melindungi pasien, lingkungan dan
dirinya sendiri.
Resiko penularan HIV di sarana
pelayanan kesehatan dapat ditularkan melalui berbagai cara seperti kepada
pasien bisa melalui alat kesehatan yang tercemar yang dipakai ulang tanpa didisinfeksi
atau disterlisasi secara memadai, transfusi dengan donor HIV positif,
cangkok kulit, cangkok organ dan melalui kontak dengan darah atau cairan lain
dari petugas kesehatan yang HIV positif. Pada tenaga kesehatan bisa
melalui permukaan di kulit oleh karena tusukan jarum atau alat tajam lainnya
yang telah tercemar dengan darah atau cairan tubuh HIV positif, pajanan
pada kulit yang luka dan percikan darah atau cairan tubuh yang mengenai selaput
mukosa mulut, hidung dan mata (Jurnal Kesehatan, 2012).
Petugas pelayanan kesehatan temasuk
staf penunjang (misalnya petugas rumah tangga, peralatan dan laboratorium),
yang bekerja difasilitas kesehatan beresiko terpapar pada infeksi yang secara
potensial membahayakan jiwa. Misalnya, di Amerika Serikat, lebih dari 800.000
luka karena tertusuk jarum suntik terjadi setiap tahun walaupun telah dilakukan
pendidikan berkelanjutan dan upaya pencegahan kecelakaan tersebut (Rogers,
1997), seperti mengurangi suntikan yang tidak perlu dan tidak aman, melatih
semua staf untuk segera membuang jarum suntik dan semprit ke dalam kontainer tanpa
menutup penutup jarum karena tindakan ini menyebabkan sepertiga dari penyebab
perlukaan jarum suntik (Jagger, et all, 1988), sedapat-dapatnya meletakkan
kontainer barang-barang tajam dalam jangkauan tangan dan meningkatkan pemakaian
sistem suntikan needleless dan shielded syringes.
Di banyak negara berkembang, risiko
perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh
lebih tinggi (Phipps, et all, 2002). Lebih-lebih lagi, karena penggunaansistem
suntikan needleless tidak tersedia di
negara-negara dengan sumber terbatas, penting sekali staf pelayanan kesehatan
mengetahui dan memakai praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk
meminimalkan risiko terhadap paparan atau perlukaan (Tietjen, 1997).
Tingginya
angka penularan HIV/AIDS di indonesia membuat kami harus waspada dalam
menangani pasien. Terutama pasien yang menderita HIV/AIDS. Oleh sebab itu, kami
mengangkat tema pencegahan infeksi supaya kita sebagai tenaga kesehatan bisa
memproteksi diri kita dari berbagai sumber penyakit.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu menjaga diri dari penyebaran infeksi dan mampu mencegah infeksi.
2.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui
definisi pencegahan infeksi.
b. Mahasiswa dapat kewaspadaan
universal.
c. Mahasiswa dapat pencegahan
infeksi maternal dan neonatal.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan infeksi, kewaspadaan
universal dan penerapannya dalam praktik
kebidanan.
2. Institusi
Bisa
digunakan untuk tambahan referensi bacaan bagi pembaca.
BAB
II
TINJAUAN TEORI
A.
Introduksi Pencegahan
Infeksi
1.
Definisi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau
mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal dapat menyebabkan
cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi ini disebut
asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan
pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu
orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius
(Perry, 2005).
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari
komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu,
bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya
dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula
untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini
belum ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS (APN,
2007).
2.
Siklus penyebaran
penyakit
Bibit penyakit (mikroba pthatogen)
dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan sakit atau reservoir bibit
penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa:
a.
Melalui kontak jasmaniah (personal
contact)
1)
Kontak langsung (direct contact)
Bibit
penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dengan orang
yang ditulari.
Misalnya
cara penularan:
a)
Penyakit kelamin seperti: syphilis,
gonorrhoea, AIDS.
b)
Penyakit kulit: tinea versicolor (panu), scabies
(kudis).
2)
Kontak tidak langsung (indirect
contact)
Bibit penyakit menular dengan
perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena telah berhubungan dengan
penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit
penyakitnya, seperti feces, urin, darah, muntahan dan sebagainya.
b.
Melalui makanan dan minuman (food
borne infections)
Bibit penyakit menular dengan
perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit-penyakit
yang menular dengan cara ini, antara lain: cholera,
thypus abdominalis, poliomyelitis,
hepatitis infectiosa, dysenteri, penyakit-penyakit karena cacing, misalnya
karena ascaries lumbricoides.
c.
Melalui serangga (arthropod borne
infections)
Bibit penyakit menular melalu
serangga (arthropoda). Dalam hal ini
serangganya pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakitnya atau
pun hanya sebagai pemindah (transmiter) saja, misalnya:
1)
Malaria disebabkan oleh plasmadium
sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk
anopheles sp.
2)
Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
d.
Melalui udara (air borne
infections)
Penyakit yang menular melalui udara, terutama
penyakit saluran pernapasan, seperti:
1)
Melalui debu diudara yang mengandung
bibit penyakit misalkan penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterrium
tuberculosis.
2)
Melalui tetes ludah halus (droplet
infections).
3. Pencegahan
penyebaran infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi
yang dapat dilakukan adalah:
a.
Aseptik yaitu tindakan yang
dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan
semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
Contoh: Pencucian alat dengan menggunakan sabun.
b.
Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
Contoh:
1)
Mencuci alat dengan cara biasa, lalu
setelah kering dilanjutkan dengan mencuci menggunakan alkohol.
2)
Menuangkan alat dengan alkohol, lalu
dibakar.
c.
Dekontaminasi yaitu tindakan yang
dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama
petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja
pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi
oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan dilakukan.
B. Kewaspadaan
Baku
1.
Pengertian
Kewaspadaan
Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions
(UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh,
baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien
lainnya. Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006), kewaspadaan universal
adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan
tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan
Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan
mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja
di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai
penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat
menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari
sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini
merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan
terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK).
2.
Komponen utama dan
penggunaanya
a. Kebersihan
tangan (cuci tangan)
b. Alat
Pelindung Diri (APD), yang terdiri dari:
1)
Penggunaan sarung tangan
2)
Pelindung wajah (masker, kacamata)
Masker harus dikenakan bila
diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah.
Selain itu, masker menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari saluran
pernapasan klien dan mencegah penularan kuman patogen dari saluran pernapasan
perawat ke klien.
Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan
hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar
dari sela-selanya.
Langkah-langkah penggunaan masker:
a)
Ambil bagian atas masker (biasanya
sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang tipis).
b)
Pegang masker pada 2 tali atau
ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
c)
Ikatkan dua tali bagian bawah masker
sampai ke bawah dagu.
d)
Dengan lembut jepitkan pita motal
bagian atas pada batang hidung.
3)
Gaun pelindung
Gaun/baju pelindung atau jubah atau
celemek, merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa
pakaian kerja dapat berupa seragam kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan
celemek. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari
kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari
baju atau seragam.
4)
Penutup kepala
5)
Sepatu pelindung
c. Pencegahan
luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Dalam mencegah luka tusukan jarum
dan benda tajam lainnya, maka seorang perawat harus berhati-hati dalam
melakukan:
1)
Memegang jarum, pisau, dan alat-alat
tajam lainnya.
2)
Bersihkan alat-alat yang telah
digunakan.
3)
Buang jarum dan alat-alat tajam
lainya yang telah digunakan
d. Kebersihan
pernapasan dan etika batuk
Seseorang dengan gejala gangguan
napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian sumber dengan cara tutup
hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan
tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
1)
Menempatkan pasien dengan gejala
gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di
ruang umum jika memungkinkan.
2)
Letakkan tanda peringatan untuk melakukan
kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan
kesehatan. Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/fasilitas kebersihan
tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
e. Kebersihan
lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk
kebersihan rutin dan disinfeksi permukaan
lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
f.
Linen
Penanganan, transportasi, dan
pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
1)
Cegah pajanan pada kulit dan membran
mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
2)
Cegah penyebaran patogen ke pasien
lain dan lingkungan.
g. Pembuangan
limbah
1)
Pastikan pengelolaan limbah yang
aman.
2)
Perlakukan limbah yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah
infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
3)
Jaringan manusia dan limbah
laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan spesimen harus
juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
4)
Buang alat sekali pakai dengan benar
h. Peralatan
perawatan pasien
1)
Peralatan yang ternoda oleh darah,
cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga
pajanan pada kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran
patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.
2)
Bersihkan, disinfeksi, dan proses
kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan pada
pasien lain.
C.
Penerapan Pencegahan
Infeksi Maternal dan Neonatal
Menurut Gulardi (2008), penerapan pencegahan infeksi maternal dan
neonatal meliputi:
1. Tujuan pencehahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan
Tindakan pencegahan
infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan
dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan
untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
penolong kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan
jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan-penularan
penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti
missal hepatitis dan HIV/AIDS.
Tujuan
tindakan-tindakan PI dalam pelayanan
asuhan kesehatan:
a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
b. Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam
jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS
Tindakan–tindakan
pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut :
a. Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari
pencegahan
penyebaran infeki yng menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru
lahir. Cuci tangan harus di lakukan pada saat:
1)
Segera setelah
ditempat kerja.
2)
Sebelum
melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir.
3)
Sebelum memakai
sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4)
Setelah melepas
sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung tangan).
5)
Setelah
menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (missal: hidung, mulut, mata,
vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan.
6)
Setelah kekamar
mandi atau menggunakan sarung tangan.
7)
Sebelum pulang
kerja.
Untuk mencuci tangan :
1)
Lepaskan
perhiasan ditangan dan pergelangan.
2)
Basahi tangan dengan
air bersih dan mengalir.
3)
Gosok kedua
tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti septik
selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih
lama.
4)
Bilas tangan
dengan air bersih dan mengalir.
5)
Biarkan tangan
kering dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
b.
Memakai sarung
tangan
Pakai
sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah, peralatan, sarung tangan
atau sampah yang terkontaminasi. Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung
tangan untuk
setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau
gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
1)
Gunakan sarung
tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang akan
mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.
2)
Gunakan sarung
tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh.
3)
Gunakan sarung
tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga
membersihkan darah dan cairan tubuh.
c.
Menggunakan
teknik aseptik
Teknik
aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan
penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi:
1)
Penggunaan
pelindung pribadi
Perlengkapan
perlindungan pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi
dengan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah,
sapatu boot, celemek) petugas dari cairan tubuh, darah atau cidera selama
melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat
dibuat sesuai kebutuhan dan sumber daya yang tersedia di masing-masing daerah
jika alat atau perlengkapan sesekali pakai tidak tersedia.
2)
Antisepsis
Antisepsis
adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan
selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasikan
luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di atas kontak
dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian
besar mikroorganisme pada kulit.
3)
Menjaga tingkat
sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi.
2. Pencegahan
Infeksi Maternal
a. Asuhan
antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil guna deteksi dini
faktor risiko kehamilan den kelahiran.
b. Peningkatan
pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.
c. Peningkatan
pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
d. Peningkatan
status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan wanita dan
reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
e. Menurunkan
tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga berencana.
3.
Pencegahan Infeksi Neonatal
Adapun upaya
pencegahan yang dilakukan dalam usaha untuk mengurangi menurunkan kejadian
kematian neonatal antara lain:
a. Pemberian
kekebalan pada bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi.
b. Perawatan
sederhana seperti pemberian air susu ibu ASI eksklusif pada bayi yang baru
dilahirkan hingga enam bulan ke depan sangat mencegah kematian bayi karena
kekurangan zat-zat anti infeksi yang dibutuhkan.
c. Menganjurkan
menikah pada usia matang (tidak terlalu muda).
D.
Kewaspadaan
Umum Untuk Mencegah Infeksi HIV/AIDS
Prinsip kewaspadaan dalam
menghindari penyakit AIDS mutlak diperlukan bagi mereka yang rentan terhadap
penularan infeksi HIV. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip kewaspadaan umum (general
precaution), yakni pedoman tentang cara pengendalian infeksi untuk melindungi
para pekerja medis, pasien, maupun orang lain sehingga mereka terhindar dari
berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan umum dalam mencegah
infeksi HIV/AIDS meliputi :
1.
Cara menangani dan membuang
benda-benda tajam yang dapat menimbulkan luka, sayatan atau tusukan. Termasuk
dalam hal ini adalah jarum, jarum hipodermik, pisau bedah, gunting, perangkat
infus, gergaji, pecahan kaca, dan lain-lain.
2.
Membersihkan tangan dengan sabun dan
air sebelum maupun sesudah melakukan semua prosedur operasi.
3.
Memakai alat pelindung seperti
sarung tangan, jubah, masker, dan kacamata pelindung bila terpaksa harus
bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
4.
Melakukan pembersihan atau
desinfeksi peralatan kerja dan lain-lain yang terkontaminasi.
5.
Penanganan tempat tidur, seprei
kotor, lantai yang terkena noda secara tepat.
Sekalipun prinsip kewaspadaan umum
untuk mencegah HIV/AIDS ini
terutama ditujukan kepada para pekerja medis, tak ada salahnya bila kita semua
berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh
jarum, pisau, gunting dan peralatan tajam lainnya. Apalagi bila kita hidup
berdampingan dengan orang yang terkena infeksi HIV.
BAB III
KASUS DAN SKENARIO
A. Kasus
Jari-jariku Tertusuk Jarum Bekas Pasien HIV Positif, 18 February 2011
“Maaf, dok. Di rumah
sakit Myria ini katanya ada klinik VCT, ya dok?” Tanya seorang wanita
muda berpakaian putih-putih menanyakan keberadaan klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT), sebuah klinik yang melayani
konseling dan testing pasien HIV secara sukarela.
“Oh, iya. Kami punya dua konselor dan satu terapis di sini.
Adik ini perawat, ya?” Tanyaku melihat seragam putih-putihnya itu. “Mahasiswi
kebidanan, dok. Sedang praktek menolong persalinan di klinik bersalin di
sekitar sini. Semalam dapat tugas mengambil contoh darah ibu hamil yang pekerjaannya
WTS dan riwayat HIVnya positif. Nah, waktu saya mau menutup jarum suntik itu
dengan penutupnya, ada bidan senior yang marah-marah karena ada tetesan darah
di lantai ruang bersalin dan karena terkejut, ujung jarum itu tertusuk ke
jari-jari saya, dok…” Si mahasiswi pun bercerita sambil berlinang air mata
sedihnya. Terbayang di kepalanya virus-virus itu mulai merayap merasuki
sudut-sudut tubuhnya, menempel di semua jaringan organnya dan dia menjadi satu
dari berjuta orang yang memiliki penyakit yang ditakuti semua orang itu.
“Sudah kamu bersihkan, kan?” Kata konselor di klinik VCT.
“Sudah, saya cuci dengan sabun mungkin sudah 10 kali. Darahnya
pun saya pencet-pencet keluar.” Kata si mahasiswi itu masih dengan muka sedih.
Dan petugas laboratorium pun mengambil darahnya untuk
diperiksa dan ternyata hasilnya negatif.
“Jadi, saya aman, dok?” Si gadis agak gembira melihat
hasilnya.
“Maaf, dik. Belum aman. Tes pertama ini menunjukkan bahwa
saat ini kamu tidak HIV positif. Nah, apakah kamu akan terinfeksi HIV dari
jarum pasienmu kemarin, baru kita ketahui sekitar 2 sampai 3 bulan lagi. Perlu
waktu 4-6 minggu virus HIV terdeteksi antibodinya sejak terinfeksi. Untuk
amannya, kamu ke mari 3 bulan lagi saja untuk tes HIV lagi. Tetapi sambil
menunggu, kamu tetap diberikan obat anti virus itu selama satu bulan. Supaya
kalaupun virusnya masuk, langsung dihambat atau kalau bisa dimatikan
pertumbuhannya sejak dini.” Dokter di klinik VCT bagian terapi pun menjelaskan
tahap-tahapan yang harus dilalui si mahasiswi sebelum benar-benar yakin
terbebas dari infeksi HIV.
“Terima kasih Dok, Pak, Bu…Saya permisi,” Dia pun pulang
dengan obat anti viral dan kembali ke kegiatannya di kampus dan praktek di
klinik dengan lebih hati-hati sekarang.
Rasa mual obat antiviral itu ditahankannya selama sebulan,
demi untuk menghindari virus mematikan itu. Dan setelah 3 bulan berselang si
mahasiswi di tes darahnya lagi dan hasilnya negatif. Barulah si nona bersujud
syukur seolah terbebas lepas dari beban yang mencekam di 3 bulan terakhirnya.
Tetapi disamping itu semua, menghindari lebih baik dari
mengobati. Bagi rekan-rekan medis, para medis, laboran yang sering kontak
dengan jarum suntik, hati-hatilah dengan ujung jarum itu. Konsentrasilah saat
menutupnya, walaupun belum terbukti HIV pasiennya.
B. Skenario
1. Naskah
drama
Pada suatu
sore seorang mahasiswa kebidanan bernama yoona dia
sedang berangkat menuju tempat prakteknya di BPRB kasih ibu, perlahan ia
menghidupkan motornya dan bergegas meluncur ke BPRB kasih ibu. Sesampainya
disana yoona langsung menuju tempat dimana dia ditugaskan yaitu di ruang ibu
dan anak dan mengecek ibu hamil yang ada diruangan itu. Seusai sholat magrib yoona
di panggil oleh bidan senior yaitu bidan icha dan bidan bonita dia mendapat
tugas untuk mengambil sampel darah ibu hamil yang terinfeksi HIV positif . Kemudian
yoona mendatangi ibu sania yang merupakan WTS yang sedang didampingi salah
seorang adiknya yang sedang menyuapi ibu sania. Saat yoona selesai mengambil
sampel darah ibu sania, terdengar suara
teriakan dari kamar
sebelah ternyata suara ribut-ribut itu berasal dari bidan icha dan bidan bonita
yang sedang marah-marah karna melihat darah yang berceceran di lantai. Mendengar
suara bidan icha yang keras yoona terkaget dan tidak sengaja menusukan jarum ke
salah satu jari tangannya, yang merupakan bekas jarum untuk mengambil sampel
darah ibu sania. Beberapa
hari
kemudian bidan yoona mendatangi seorang dokter dan menanyakan apakah dirumah
sakit ini ada klinik VCT (Voluntary
Counselling and Testing) gratis kemudian dia berkonsultasi pada seorang
dokter mengenai masalahnya yang tidak sengaja menusukan jarum bekas pengambilan
sampel darah WTS. Setelah dilakukan pemeriksaan lab ternyata hasilnya negatif,
kemudian dokter riana menyarankan untuk mengecek ulang tiga bulan lagi karena
virus HIV baru bisa terdeteksi setelah tiga bulan. Selain itu dokter memberikan
tablet anti virus guna menghabat pertumbuhan virus atau membunuh virus HIV
sejak dini. Tiga bulan kemudian bidan yoona kembali untuk memeriksa keadaannya
dan hasilnya negatif.
2. Naskah
Dialog
Yoona menuju ke
tempat praktek dan memeriksa ibu hamil yang ada di ruangan Ibu dan Anak,
setelah selesai memeriksa ibu hamil diruang bersalin, Yoona mendapat tugas
untuk mengambil sampel darah ibu hamil yang menderita HIV.
Bidan bonita : Yoona, yoona
Yoona : Iya bu,
(sambil melangkah menuju bidan icha)
Bidan bonita : Yoona ibu membutuhkan sampel darah ibu hamil yang terkena HIV,
tolong kamu nanti cari ibu hamil yang terkena HIV kemudian ambil sampelnya ya.
Yoona :
Iya bu nanti saya akan mencari pasien yang tekena HIV dan mengambil sampel
darahnya.
Bidan bonita : O iya nanti sampel darahnya tolong berikan ke ibu icha ya.
Yoona : O iya bu.
(kemudian
yoona melangkah menuju kamar pasian
hamil yang terkena HIV yaitu kamar ibu sania yang merupakan WTS)
Yoona : Selamat malam ibu, adik, maaf ya saya mengganggu
sebentar,
Adik : iya bu tidak apa-apa, silahkan.
Pasien Sania : Mari silahkan bu diperiksa.
Yoona :
Baik bu, maaf ya bu.
Pasien sania : Iya mbak, tidak apa-apa. Saya justru senang diperiksa. Bisa
tahu perkembangan kondisi saya.
Adik :
Iya mbak. Periksa saja tidak apa-apa.
Yoona :
Ya bu, Saya mau mengambil sampel darah
ibu sania bentar ya untuk pemeriksaan di Lab.
(setelah
selesai mengambil sampel darah, terdengar suara teriakan bidan icha dari kamar
sebelah yang membuat bidan yoona kaget).
Bidan Icha : Ya ampun! darah apa ini? sampai berceceran dilantai?
Bidan bonita : Ada apa bu kok teriak-teriak? Bisa mengganggu pasien yang lain.
Bidan icha : Ini liat bu ulah siapa? darah dibiarin berceceran dilantai
seperti ini.
(teriak
bidan icha sambil menunjuk darah dilantai)
Bidan bonita : O ya ya bu. Pasti ulah yoona tadi.
(tidak
lama kemudian bidan bonita memanggil Yoona dengan keras sambil marah-marah)
Bidan bonita : Yoona, Yoona, Yoona! coba
sini.
(Yoona
seketika terkejut dengan teriakan bidan bonita, yang mengakibatkan jari-jari
tangannya tertusuk jarum suntik ketika hendak menutupnya)
Yoona : Aduh aduh
(haduh tangan ku ketusuk
jarum, gimana ini, ini kan jarum bekas darah pasien HIV, dalam hati yoona)
Adik : Bu, kenapa bu ibu ngak papa kan bu, kok tangan ibu
berdarah.
Yoona :
Iya tidak apa-apa kok, tadi saya tidak
sengaja ketusuk jarum, ya udah saya mau ke kamar mandi dulu bu
(dengan langkah yang cepat,
Yoona menuju
kamar mandi dan segera mencuci tangannya tadi sambil menekan-nekan jarinya
supaya darahnya keluar)
Setelah
usai membersihkan jarinya, Yoona segera menemui ibu icha dan menyerahkan sampel darah yang telah dia ambil
tadi, sesegera mungkin
Yoona membersihkan ceceran darah yang menjadi penyebab
marahnya 2 bidan senior itu walaupun ceceran darah itu bukan kecerobohannya.
Merasa semua tugasnya telah usai, Yoona memutuskan untuk pulang.
Yoona : Bu, saya pamit pulang
Bidan senior : Iya, hati-hati di jalan
Dengan
kegundahan hati Yoona pulang, sesampainya di kost-kostannya dia segera
menceritakan apa yang baru saja dia alami kepada sahabatnya Nia yang juga
mahasiswi kebidanan namun tempat praktik mereka berbeda.
Yoona : Ni,,,( memanggil dengan nada sedih)
Nia : Iya Na,,,kok mukamu sedih gitu ,, emang kamu ada
masalah apa?
Yoona : Iya ni Ni,, Hari ini aku sedih banget!
Nia :
Kamu kenapa sahabatku sayang? Cerita sama aku.. siapa tahu aku bisa memberi solusi atas masalahmu.
Yoona :
Gini Ni, Kan tadi aku diperintah oleh bidan senior ku untuk mengambil sampel
darah seorang wanita hamil yang menderita HIV positif, tanpa sengaja tanganku
tertusuk jarum bekas mengambil sampel darah itu (menangis)
Nia :
Astagfirullah,,Yoona,,(memeluk yoona) sabar yah sayang,,
mudah-mudahan virus mengerikan itu tidak masuk ke tubuhmu, untuk memastikan itu kita periksa ke dokter yah. Aku tahu tempat dokter yang sedang dilaksanakan tes VCT di sekitar sini.
mudah-mudahan virus mengerikan itu tidak masuk ke tubuhmu, untuk memastikan itu kita periksa ke dokter yah. Aku tahu tempat dokter yang sedang dilaksanakan tes VCT di sekitar sini.
Yoona :
Iya Ni,,Terimakasih ya,,
Yaudah,,besok-besok
kamu temani aku ke tempat dokter itu yah,,
Nia :
tentu saja donk sahabatku sayang,,yaudah sekarang kamu mandi abis itu makan dan
istrahat.
Yoona : Oke..
Beberapa hari kemudian bidan Yoona mendatangi sebuah klinik
bersama temannya kemudian menemui
salah seorang dokter untuk berkonsultasi dan mengecek untuk memastikan dia
terinfeksi oleh jarum yang tidak sengaja tertusuk kemarin atau tidak.
Mereka masuk kemudian melengkapi data administrasi.
Petugas Adm : Selamat pagi mbak,,,
Yoona dan Nia : Iya selamat pagi,,
Petugas Adm : Permisi mbak, jika anda ingin melakukan pemeriksaan
di
dokter ini saya akan mendata identitas anda.
Yoona :
Baik mbak,,( menjawab setiap pertanyyan petugas)
Setelah itu mereka masuk ke ruang
praktik dokter
Nia : Permisi dok, saya dengar di sini ada pemeriksaan VCT
gratis yah?
Dokter : Iyaa,,
Nia : (mulai menceritakan masalahnya) Dokter,,kemarin teman saya mengambil sampel darah seorang wanita penderita
HIV positif, tanpa sengaja jari tangannya tertusuk jarum bekas untuk pengambilan sampel
tersebut.
Dokter : Sebaiknya kita lakukan pemeriksaan lab saja mbak.
Nia : Baik dok,
(Yoona
kamu siap-siap untuk diperiksa sama dokter)
Yoona :
Baik Ni
Dokter : Oke,
sekarang saya akan mengambil sampel
darah mbak Yoona.
Yoona : (mendekatkan lengannya pada dokter untuk diambil sampel darahnya)
Dokter : Seusai
mengambil sampel darah kemudian memanggil petugas lab.,,,
Bu
Mey!!!
Mey-mey : Iya dok..
Dokter :
Tolong tes VCT terhadap sampel darah mbak Yoona.
Mey-mey
: Baik dok,,berjalan menuju lab,,kemudian memeriksa sampel darah Yoona.
Yoona : (dengan muka tegang menanti hasil tes VCT nya).
Beberapa
menit kemudian petugas lab datang membawa hasil tes VCT Yoona
Mey-mey : Ini dok hasil labnya.
Dokter : Iya terimakasih, kamu boleh kembali ke tempat kerjamu.
Mey-mey : Baik dok..
Dokter : Berdasarkan hasil penelitian lab kamu dinyatakan HIV
negative.
Yoona : (terlihat tenang, Alhamdulillah
ya Allah,
Engkau telah melindungiku
dari penyakit yang mematikan itu)
Dokter : Tapi jangan senang dulu mbak, anda harus datang kesini 3 bulan
lagi untuk memeriksa, karena virus HIV baru bisa terdeteksi jelas
setelah tiga bulan terinfeksi, saya akan memberi anda tablet antivirus guna
menghambat pertumbuhan atau mematikan virus sejak dini, efek dari obat ini anda
akan sering mual atau muntah.
Yoona :
Baik dok,,kalau begitu saya pamit pulang yah dok..
Dokter : Iya mbak,,
Yoona menjalani aktifitas seperti biasa, namun dia harus bisa menahan rasa mual muntah ketika minum obat yang
diberikan oleh dokter. Tiga bulan berlalu dengan penderitaan, Yoona datang kembali ke dokter Riana untuk memeriksakan apakah
virus itu masih ada di tubuhnya.
Yoona : (masuk ke tempat dokter ) Permisi dok,,saya Yoona yang tiga bulan lalu melakukan tes VCT di sini
dan sekarang saya datang kebali untuk dilakukan VCT lagi.
Dokter :
Iya,,baik saya akan mengambil sampel darah anda.
Yoona : Iya dok,,
Dokter :
(mengambil darah Yoona)
Kemudian memanggil petugas lab.
Bu
Mey!!!
Mey-mey : Iya dok..
Dokter : Tolong tes VCT terhadap sampel darah mbak Yoona.
Mey-mey : Baik dok,,berjalan menuju lab,,kemudian memeriksa sapel
darah Yoona.
Yoona : (dengan muka tegang
menanti hasil tes VCTnya).
Beberapa
menit kemudian petugas lab datang membawa hasil tes VCT Yoona.
Mey-mey : Ini dok hasil labnya.
Dokter :
Iya terimakasih, kamu boleh kembali ke tempat kerjamu.
Mey-mey : Baik dok,,
Dokter : Berdasarkan hasil penelitian lab kamu dinyatakan
kamu bebas HIV
Yoona :
(sujud syukur, Alhamdulillah
ya Allah Engkau
telah melindungiku dari
penyakit yang mematikan itu). Terimakasih dok.
Kami pamit pulang dulu yah dok,,
Dokter : Iya, hati-hati jika praktik lagi.
Pemeran
Tokoh
1.
Bidan icha :
Siti Hadidja Pudi
2.
Bidan Bonita :
Ayu Bonita Avianti
3.
Dokter : Riana Nedi Dayoma
4.
Yoona : Yuni Wiwid Resti
Roliyah
5.
Mey-mey :
Siti Rohmah Ujiana
6.
Petugas Administrasi : Sitti Fatimah Yogyandari
7.
Pasien sania : Saniaturrohmah
8.
Adik : Hildegardis
Muing
9.
Nia : Nia
Fitriani
BAB IV
PEMBAHASAN
Sesuai
kasus yang kami angkat bahwa mahasiswa tersebut melakukan tindakan medis
menggunakan alat pelindung diri sesuai prosedur. Mahasiswa kebidanan tersebut
terutama sudah menggunakan handscon saat pengambilan darah pasien. Akan tetapi
karena kaget akhirnya saat menutup jarum suntik bekas mengambil sampel darah
justru tertusuk pada jari-jari tangannya. Kemudian spontan mahasiswa tersebut
melakukan pencegahan infeksi dengan segera mengeluarkan darah, kemudian mencuci
jari-jari yang tertusuk jarum dengan air mengalir. Dari kejadian tersebut,
mahasiswa langsung menceritakan kejadian tersebut kepada temannya yang sesama
tenaga kesehatan dan disarankan untuk memeriksakan kondisinya lebih lanjut.
Terapi pengobatan dilakukannya demi dirinya tidak terinfeksi HIV/AIDS.
Dari
pembahasan kasus diatas bahwa apa yang dilakukan mahasiswa kebidanan tersebut
sudah sesuai dengan teknik pencegahan infeksi. Sebelum kejadian tersebut
mahasiswa juga sudah melakukan kewaspadaan universal yaitu suatu cara untuk
mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas
kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lain. Penggunaan sarung
tangan dan masker merupakan hal yang wajib dilakukan untuk menghindari
penularan infeksi melalui udara dan cairan. Oleh sebab itu, meminimalkan pajanan
darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi (Prof.
Dr. Sulianti, 2006). Tindakan pencegahan infeksi salah satunya adalah cuci
tangan merupakan prosedur paling penting dalam pencegahan penyebaran infeksi.
Menyegerakan cuci tangan adalah hal yang wajib (APN, 2007).
Dari
kejadian yang kami bahas dengan beberapa teori yang kami kaitan memang saling
berhubungan dan sudah tepat. Pencegahan infeksi kita lakukan sebelum melakukan
tindakan medis ataupun saat kita terjadi kecelakaan medis. Segerakan lakukan
pencegahan infeksi yang paling utama yaitu dengan mencuci dengan air mengalir
pada saat terjadi kecelakaan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tindakan
pencegahan infeksi sangat penting dilakukan bertujuan unuk melindungi diri dari
penyebaran infeksi seperti, cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan medis,
menggunakan masker pelindung juga gaun
pelindund, dll. Kewaspadaan universal adala suatu cara untuk mencegah penularan
penyit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya
juga dari pasien ke pasen lain. Tindakan pencegahan infeksi tidak bisa terpisah
dari komponrn dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi. Dilakukan pula
mengurangi resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan cara pengobatannya seperti HIV/AIDS.
B.
Saran
1. Bagi
rumah sakit
a. Sebaiknya
menyediakan peralatan pelindung diri bagi setiap tenaga kesehatan.
b. Membekali
tenaga kesehatan agar terhindar dari infeksi penyakit saat melakukan tindakan
medis.
2. Bagi
tenaga kesehatan
Selalu waspada dalam
melakukan tindakan medis dan selalu menggunakan APN agar terhindar dari
penularan infeksi.
makasih,,,,
BalasHapusmakasih ustadzah halimajah
BalasHapus